Sinopsis Film Dirty Vote dan Profil 3 Pakar Dalam Dokumenter
Marikupas - Mendekati Pemilu 2024, sosial media digemparkan munculnya film dokumenter Dirty Vote. Film ini mengutarakan mengenai kecurangan yang terjadi di Pemilu 2024.
Sesudah beredar, publik mulai cari tahu sinopsis sampai sosok dari narasumber Dirty Vote.
Sinopsis Dirty Vote
Dokumenter Dirty Vote adalah karya Dandhy Laksono yang membuka kecurangan yang terjadi dalam Pemilu 2024. Film ini mendeskripsikan secara jelas beberapa aksi manipulasi yang terjadi secara nyata selama proses pemilihan.
Sayang, aksi kecurangan itu terabaikan dan tidak ditindak dengan serius oleh pihak berwenang. Selainnya menyorot kecurangan yang terjadi, dokumenter ini menghadirkan beberapa data yang disediakan lewat diagram.
Bahkan juga, dibantu keterangan mendalam dari beberapa ahli hukum tata negara. Lewat dokumenter ini, pemirsa diberi deskripsi menyeluruh mengenai komplikasi dan imbas dari kecurangan dalam sistem pemilihan di Indonesia.
Profil 3 Pakar Narasumber Dirty Vote
Berikut profil dari 3 pakar narasumber dalam film dokumenter Dirty Vote:
Bivitri Susanti
Bivitri Susanti adalah satu diantara narasumber dari dokumenter Dirty Vote. Dia lahir pada 5 Oktober 1974, dikenali sebagai seorang akademik dan pakar pada bidang hukum tata negara.
Dirinya adalah salah satunya pendiri Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK). Bersama PSHK, beragam riset dan gagasan sudah dihasilkan, termasuk:
- Riset mengenai sistem Bikameral
- Pendirian perpustakaan Daniel S. Lev
- Pelatihan dalam perancangan aturan perundang-undangan
- Pengembangan platform parlemen.net.
Bersama beberapa rekannya di PSHK, Bivitri terlibat saat mendirikan sekolah hukum yang dinamakan Jentera.
Pada tengah September 2015, Jentera mulai menggelar perkuliahan dan terima mahasiswa lewat proses registrasi biasa dan melalui beasiswa.
Kurikulum yang diterapkan di Jentera mengutamakan pada pengetahuan yang mendalam pada hukum-hukum dasar, baik itu dalam ranah hukum pidana atau perdata.
Di Dirty Vote, Bivitri Susanti jadi perhatian usai keluarkan beberapa kata yang dianggap menjadi poin dalam tayangan itu.
"Untuk menyusun dan menjalankan skenario kotor, tak perlu kepintaran atau kecerdasan. Yang diperlukan cuma dua, mental culas dan tahan malu," katanya.
Zainal Arifin Mochtar
Zainal Arifin Mochtar, merupakan seorang pengajar pada bidang hukum tata negara di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Dia adalah sosok yang aktif dalam gerakan anti korupsi lewat Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM.
Dirinya sudah menuliskan beberapa nama besar seperti Denny Indrayana.
Sebagai seseorang yang terlibat aktif dalam gerakan anti korupsi, Zaenal Arifin kerap diminta tanggapannya oleh media massa.
Bahkan juga, dia kerap ada di beberapa acara seperti Indonesia Lawyers Club yang ditayangkan oleh TVOne.
Tidak itu saja, dia dipercayai jadi moderator dalam diskusi Capres dan Cawapres di tahun 2014.
Awalannya, Zainal Arifin mempunyai keinginan untuk belajar dalam Jurusan Teknik Geologi UGM, tetapi dua kali kegagalannya itu membawa berpindah jurusan ke Hukum.
Sesudah menuntaskan gelar sarjana, Zainal Arifin Mochtar meneruskan pendidikannya dengan mendapat gelar master bidang hukum dari Northwestern University, Amerika Serikat, pada 2006.
Feri Amsari
Dianya aktif sebagai peneliti senior dan sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) di Fakultas Hukum Universitas Andalas dari tahun 2017 sampai 2023.
Feri Amsari lahir pada 2 Oktober 1980. Dianya dikenali sebagai:
- Pakar pada bidang hukum tata negara
- Aktivis hukum
- Dosen
- Cendekiawan Indonesia yang dari Fakultas Hukum Universitas Andalas.
Selainnya mempunyai keterampilan pada bidang hukum tata negara, Feri Amsari, adalah lulusan William dan Mary Law School di Amerika Serikat.
Dianya kerap menulis mengenai beberapa topik hukum, politik, dan kenegaraan dalam beragam media cetak, baik itu pada tingkat lokal atau nasional.
Begitulah sinopsis dan ke-3 narasumber Dirty Vote yang dapat kamu tonton lewat saluran YouTube Dirty Vote. Film ini telah tayang di YouTube pada Minggu, 11 Februari 2024.